Penguatan Pendidikan karakter menjadi program pemerintah yang sedang digalakkan keberadaannya. Apa sih PPK itu? PPK ialah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari gerakan nasional revolusi mental (GNRM).
Sebenarnya, ”Pendidikan karakter” bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pendidikan yang mengedepankan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang: mentalitas, sikap dan perilaku ini sangatlah populer di dunia pondok pesantren. Sama halnya di beberapa sekolah yang penguatan pendidikan kepribadian dan sikap siswa dibentuk sedemikian rupa. Sudah ada hal tersebut.
Lalu bagaimana dengan sekolah kita? SMKN 1 Cerme sejak awal berdiri sudah mengutamakan nilai-nilai karakter pada setiap elemen di dalamnya, terutama siswa dan guru. Contoh sederhana adalah kebiasaan menuntun motor untuk siswa ketika sudah masuk di lingkungan sekolah, berdoa pada jam pertama dan terakhir, bersalaman dengan sikap santun kepada guru, diadakannya upacara secara rutin, sholat berjamaah, kerja bakti bersih lingkungan dan sebagainya.
Namun PPK tidak sesederhana itu. PPK yang dimaksud oleh pemerintah ini berupa gerakan bersama, terstuktur, konsisten, dan komitmen sebagai upaya positif melakukan dan memperkuat karakter siswa.
Gaung PPK ini dlatarbelakangi banyak hal. Berlangsungya revolusi peradaban yang memicu perubahan peradaban masyarakat menjadi salah satunya. Selain itu, kondisi bangsa yang cenderung terus mengalami degradasi moral, etika, dan budi pekerti juga menjadi pemicu urgensi PPK haruslah diterapkan. Hal utama lain adalah sebagai upaya pembangunan sumber daya manusia sebagai fondasi pembangunan bangsa (target generasi emas 2045)
Merujuk pada Perpres 87/2017 pasal 3, ada banyak komponen PPK yakni Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan tanggung jawab. Semua komponen tersebut dikristalisai dalam 5 nilai utama yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
Pertama ada Religius. Ini bukan sekadar mengikuti jam pelajaran PABP atau ikut sholat berjamaah ketika dijadwal. Tapi lebih dari itu. Ada upaya positif dan kontinu dari sekolah untuk kian meneguhkan iman dan taqwa siswa. Berikutnya ada Nasionalis yang sering disalahpersepsikan bahwa dengan “cukup” upacara kita sudah dikatakan nasionalis. Lalu ada Mandiri yang melahirkan deret pertanyaan sederhana semisal apakah kalian masih suka mencontek ketika ujian? Berikutnya ada gotong royong yang juga punya pertanyaan sederhana, apakah kita cenderung individualis? Seberapa sering kita membantu orang lain. Yang terakhir ada integritas. Nilai utama ini merujuk pada Kejujuran, Keteladanan, Tanggungjawab, Antikorupsi, Komitmen moral, dan Cinta pada kebenaran.
Dari kelima nilai utama tersebut, manakah yang sudah diterapkan dengan baik oleh/di sekolah kita? Kalianlah yang bisa menjawabnya. Namun yang pasti, gerakan penguatan karakter ini haruslah menjadi perhatian serius seluruh penyelenggara pendidikan, termasuk SMK kita. Karena suka atau tidak suka. Mau atau tidak mau. Setiap kali ada pelanggaran atau kasus yang melibatkan perilaku tak baik. Sekolah selalu menjadi sasaran kambing hitamnya.
Oleh karena itu, mari kita perkuat pendidikan karakter di sekolah kita sedari sekarang. Caranya? Dimulai dari diri sendiri dengan menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Dimulai dari kebiasaan menerapkan konsep PPK dalam setiap kegiatan, baik kurikuler (pembelajaran di kelas) maupun nonkurikuler (kegiatan OSIS, ekstrakurikuler, dll). Semoga bisa. Amiin. (Aluk, 23/05)